KARIMUN (U&A.com) – Penyebab kelangkan gas elpiji 3 kilo di Pulau Karimun sejak dua pekan terakhir hingga dua minggu menjelang masuk nya bulan suci Ramadhan akhirnya terungkap.
Kelangkaan gas elpiji untuk masyarakat miskin itu bukan tanpa sebab. Salah satunya pihak Pertamina mengurangi kuota gas elpiji 3 kilo untuk Kabupaten Karimun tahun 2021.
“Kuota untuk kita di Karimun dikurangi atas keputusan Kementrian ESDM dari 5.763 MT yang kita usulkan untuk tahun 2021 ternyata kuota Karimun cuma diberikan 3.196 MT. Ini baru kita ketahui setelah kita berkoordinas dengan Biro Provinsi Kepri dan dikasih tahu,” jelas Muhammad Yosli, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan ESDM Pemkab Karimun kepada media online U&A.com, Jumat (2/4/2021).
Yosli menyampaikan belum mengetahui dengan pasti berkurangnya kuota jatah gas elpiji 3 kilo untuk Karimun tetapi yang jelas telah melaporkan dan meminta petunjuk dan arahan kepada Bupati Karimun.
“Sudah kita laporkan ke pak Bupati dan kami berharap masyarakat bisa bersabar sehingga kuota kita tidak dikurangi sesuai yang telah kita usulkan yakni sebanyak 5.763 MT,” ujar Yosli.
Terkait dengan persoalan ini, Yosli menyampaikan telah mengambil langkah-langkah yakni berkoordinasi dengan Provinsi Kepri. “Kita surati provinsi bermohon agar kuota kita di Karimun tidak dikurangi. Mudah-mudah laporan permohonan kita bisa dibantu oleh Pak Gubernur untuk berkoordinas segera dengan Kementrian ESDM,” jelas Yosli.
Selanjutnya kata Yosli, langkah lain yang dilakukan adalah berkordinasi dengan aparat kepolisian untuk bersama melakukan pengawasan di tingkat agen sampai pangkalan untuk mencegah terjadinya tindak penyelewengan dan pelanggaran yang terjadi yang tidak sesuai aturan.
“Kita berharap masyarakat tidak panik. Siang ini masuk 4 LO atau 2.240 tabung gas elpiji 3 kilo dan langsung di distribusikan. Mari bersama kita mengawasi,” ucap Yosli.
Yosli, saat ini mengakui kelangkaan gas elpiji subsidi untuk masyarat miskin ini dan menyebutkan juga karena pendistribusian tidak tepat sasaran.
“Kita menemukan juga bahwa elpiji 3 kg digunakan pengusaha rumah makan, laundry, genset, dan rumah tangga mampu serta ASN. Padahal, elpiji 3 kg adalah gas bersubsidi yang diperuntukan bagi masyarakat tidak mampu,” ucap Yosli.
Yosli mencontohkan, PNS yang pendapatannya di atas Rp 1,5 juta masih banyak yang menggunakan elpiji 3 kg. Hal ini menyebabkan distribusi elpiji untuk warga kurang mampu selalu jadi masalah.
“Belum lagi dari pengecekan kita dilapangan rumah makan juga banyak menggunakan gas elpiji 3 kilo bahkan yang lebih miris lagi kapal-kapal kurau banyak juga yang pake gas 3 kilo, Ini khan sudah sangat tidak sesuai peruntukkan lagi,” sesal Yosli.
Yosli juga menyampaikan pihaknya juga sedang bekerja dan mengumpulkan bukti di lapangan terkait persoalan kelangkaan gas elpiji 3 kilo ini dilapangan.
“Termasuk juga 5 agen penyalur gas elpiji di Kabupaten Karimun saat ini yang sudah kita ingatkan bahkan sampai ke tingkat pangkalan untuk tidak bertindak macam-macam dan tidak sesuai aturan main,” tegas Yosli
Yosli menyebutkan ada 5 agen gas elpiji 3 kilo di Kabupaten Karimun saat ini yakni PT Petromas Jaya Abadi, PT Cipta Nusa Indonnesia, PT Prima Jaya Sukses, PT (untuk Pulau Karimun) Lestari Cipta Prima Sakti dan Bintang Abadi Sejahtera (untuk Pulau Kundur dan pulau sekitarnya). (hj)