Sikap Skeptis Warga Hantui Program Vaksinasi C19 di Karimun

KARIMUN (U&A.com) – Program vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri sudah mulai memasuki tahap kedua. Setelah nakes, sasaran vaksin pun diperluas ke pelayan publik, mulai dari pelayan publik di instansi pemerintah, wartawan, termasuk para pedagang pasar.

Namun nyatanya, tidak sedikit dari sasaran vaksinasi Covid-19 tahap kedua ini, khususnya pedagang dan masyarakat, masih enggan untuk diberi vaksin dengan alasan takut walau dilakukan secara gratis dan dinilai aman.

Tercatat, jumlah penduduk Kabupaten Karimun 240 ribu jiwa dimana jumlah penduduk Karimun usia 18 tahun ke atas yang wajib divaksin 183 ribu jiwa. Sementara, secara umum program vaksinasi di Karimun sudah mencapai 5.600 orang.

Bupati Karimun Dr. H. Aunur Rafiq, M.Si meninjau langsung pelaksanaan Vaksinasi di Pasar Maimun, Pasar Bukit Tembak, dan Pasar Teluk Uma Sabtu (5/6/2021)

Bupati Karimun Aunur Rafiq mengatakan, terhitung 18 Mei 2021 atau sejak tahapan vaksinasi massal, tercatat sebanya 15 ribu jiwa di Kabupaten Karimun telah mengikuti vaksinasi di posko dan puskesmas yang telah di tunjuk Pemerintah. Angka itu telah hampir memenuhi target awal Pemerintah Kabupaten Karimun yakni 30 ribu jiwa.

Ia menjelaskan terkait ketersediaan vaksin jenis Sinovac sekitar 200 vial dan diperuntukkam untuk dosis ke II dan telah disebar ke puskesmas-puskesmas. Pengiriman kembali dari Provinsi Kepri jadwalnya bulan Juli 2021

Sementara untuk vaksin jenis AstraZeneca ketersediaannya masih banyak sekitar 17 ribu sasaran dimana sudah menerima vaksin AstraZenaca lebih banyak dari pada Sinovac.

Namun nyatanya, tidak sedikit dari sasaran vaksinasi Covid-19 tahap kedua ini, khususnya pedagang dan masyarakat serta wartawan, masih enggan untuk diberi vaksin dengan alasan takut.

“Saya tak mau di vaksin, takut dan ragu dengan vaksin yang disuntikan ke tubuh kita. Saya tetap tak mau di vaksin meskipun gratis,” ujar Roni pedagang di pasar Puan Maimun kepada media online U&A.com, Senin (7/6/2021)

Sikap skeptis yang disampaikan Roni bukan tanpa dasar karena ia mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan vaksin, serta ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan mempersoalkan kehalalan vaksin.

“Pokok nya ragu dan tidak percaya saja terhadap vaksin yang disediakan oleh Pemkab Karimun itu,” tegas Roni.

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang rekan pers salah satu media online ternama di Karimun bahwasanya juga tidak mau ikut vaksinasi meskipun gratis dan divasilitasi oleh Pemkab Karimun.

“Ih tak mau lah, tak ndak lah divaksin. Saya juga tanya ke kawan-kawan juga malas nak divaksin karena kita juga tidak mendapatkan informasi yang valid tentang vaksin tersebut. Di pemberitaan pun ada kasus yang meninggal setelah di suntik vaksin,” ujar nya ditemui di kedai kopi GL batu Lipai, Senin (7/6/2021).

Ia menyampaikan, mayoritas masyarakat Karimun percaya bahwa vaksin dapat mencegah manusia tertular dari virus corona. Namun masih banyak masyarakat Karimun yang tidak bersedia untuk divaksinasi.

“Saya sudah tanya dan wawancara rata-rata mereka menyampaikan enggan dan takut untuk divaksin meskipun gratis. Pemkab Karimun dan Tim gugus tugas meski bekerja keras lagi bagaimana menyakinkan masyarakat untuk ikut program vaksinasi massal kalau tidak pastinya akan sia-sia dan dianggap gagal,” ujarnya.

Bupati Karimun Dr. H. Aunur Rafiq, M.Si meninjau langsung lokasi vaksinasi Di Vihara Bukit Senang Kecamatan Karimun Kamis (03/06)

Menanggapi hal ini, dr Yusrizal bhaktiar dari Medilab Desa Pangke PT Saipem Karimun mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat masyarakat ketakutan untuk menerima vaksinasi Covid-19, termasuk yang paling penting tentang sebaran informasi di media sosial.

Pasalnya, sejauh ini masih saja ditemukan informasi yang bertentangan terkait dengan vaksinasi Covid-19. Informasi yang simpang siur ini menjadi pemicu ketakutan masyarakat untuk divaksin Covid-19 itu muncul.

“Isu hoaks, juga masih ditemukan di dunia media sosial. Masih banyak pihak yang menyatakan vaksin tidak penting, malah membuat orang sakit hingga meninggal. Padahal dimungkinkan orang yang meninggal setelah divaksin bukan karena vaksinasinya tapi ada riwayat kesehatan tertentu. Hal itu yang membuat masyarakat lantas berpikiran negatif terhadap penanganan pandemi Covid-19. Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat sepenuhnya karena di media sosial pun masih banyak informasi yang bertentangan apa yang menjadi imbauan maupun peraturan pemerintah,” kata Yusrizal, saat dihubungi awak media, Senin (7/6/2021). (hj)

Sebarkan

Related posts

Kejari Karimun Musnahkan Sejumlah Barang Bukti Kejahatan, Pastikan Tidak Ada yang Disisihkan

Dokumen Kesehatan 500 Ekor Sapi dari NTT Dinyatakan Lengkap

Nihil, Razia Narkoba di Satria Executive Club Karimun