KARIMUN (U&A.com) – Ribuan etnis Tionghoa di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri bakal merayakan Tahun Baru Imlek Tahun pada tanggal 2 Februari 2022 nanti dengan sederhana yang dipusatkan di kawasan China Town Meral, Kecamatan Meral.
Anggota DPRD Karimun etnis Tionghua dari Keluarga Besar Tionghua Meral Kota, Herman Akham Ng mengatakan, perayaan Imlek tahun ini memang diperingati secara sederhana dibandingkan tahun sebelumnya.
“Sehubungan masih dalam suasana Covid-19, tahun ini kita lebih memberi perhatian kepada warga kurang mampu dan fokus kepada kegiatan berdoa, agar tahun ini bisa lebih diberi keberkatan oleh Yang Maha Kuasa,” kata Herman Akham.
Menurutnya, seperti setiap perayaan imlek, tahun ini banyak warga Tionghoa asal Karimun yang berada di luar baik di wilyahah Kepri maupun yang berada di Singapur dan Malaysia merayakan Imlek di Karimun, selain berlibur, mereka juga berkumpul bersama keluarga.
“Puncak perayaan imlek nanti biasa dirayakan dengan acara kumpul keluarga dengan menggelar open house, tapi untuk tahun ini karena masih pandemi Covid-19 mungkin sebagian saja yang menggelar open house. Seperti saya tahun ini tidak menggelar open house sama seperti tahun 2021 kemaren karena masih pandemi Covid-19,” ujar Herman Akham yang juga pengurus Yayasan Marga Huang Karimun ini
Tokoh masyarakat Meral yang juga Ketua Yayasan Marga Ang, Ahong Ang menyampaikan, menyambut perayaan imlek tahun ini, kawasan China Town Meral kembali bakal dihiasi dengan pemasangan ribuan lampu lampion di sepanjang jalan utama.
“Pesta lampion merupakan kegiatan rutin setiap tahun baru Imlek. Setelah tahun lalu sempat ditiadakan, tahun ini, kami kembali akan menyalakan lebih dari lima ribu lampion di beberapa jalan utama kawasan China Town meral hingga akhir Februari 2012,” kata Ahong Ang.
”Pesta lampion ini merupakan kerja sama Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Karimun dengan beberapa klenteng dan vihara. Biaya pengadaan lampion diperoleh secara swadaya dari warga,” ucapnya.
Lampion atau tanglong adalah lampu khas Tionghoa bercahaya merah, dalam perkembangannya, lampion tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak tanah, tetapi menggunakan lampu neon yang dinyalakan dengan energi listrik. ”Lampion akan kami di atas ruas jalan berjejer sehingga tampak indah saat dinyalakan,” ucap Ahong.
Pesta lampion diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan Malaysia dan Singapura untuk datang berkunjung. ”Pada tahun-tahun yang lalu, turis dari dua negara itu banyak yang datang. Mereka mengunjungi vihara untuk sembahyang dan memanjatkan doa keselamatan,” katanya.
Pada malam tahun baru, yaitu pada 2 Februari juga akan digelar pesta kembang api. ”Puncak perayaan Imlek adalah pada 17 Februari yang merupakan sembahyang besar yang disebut cap go meh,” katanya.
Ahong juga menjelaskan, salah satu daya tarik dari peringatan Imlek di kawasan China Town Meral adalah ‘Dewa Rezeki’ yang membagi-bagikan angpao, amplop merah berisi uang.
“Dewa Rezeki” yang diperankan seorang pria dengan mengenakan pakaian kerajaan khas Cina berupa mahkota dan jubah merah membagi -bagikan “angpao” kepada warga masyarakat sejak Selasa malam.
“Aksi dewa berjangggut tebal dan panjang itu dipusatkan di Vihara Cetiya Vidya Sagara Klenteng Zhu Ong Ya dalam perayaan Tahun Baru Imlek yang digelar Perkumpulan Marga Ang, salah satu marga suku Tionghoa,” jelas Ahong.
Ahong mengatakan, ritual bagi-bagi angpao oleh “Dewa Rezeki” merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap perayaan Tahun Baru Imlek. “Bagi-bagi angpao merupakan tradisi di kalangan warga Tionghoa. Dan merupakan simbol rasa solidaritas dan kesetiakawanan sosial karena memiliki makna berbagi dengan saudara yang kurang beruntung,” katanya.
Menurut Ahong, perayaan Imlek tidak hanya untuk bergembira, tetapi juga untuk meningkatkan persaudaraan di antara sesama. “Bang-bagi angpao memiliki arti doa agar rezeki makin lancar. Bagi orang Tionghoa, uang dalam angpao harus disimpan, tidak boleh dibelanjakan. Mudah-mudahan angpao itu memperlancar rezeki,” ucapnya. (hj)