KARIMUN (U&A.com) – Angka penyebaran Covid-19 varian Omicron di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus melonjak.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun mencatat, ada penambahan 9 kasus baru varian Omicron pada pekan ini, sehingga total kasus Omciron di ‘Bumi Berazam’ mencapai 12 kasus. Sebelumnya, kasus Covid-19 varian Omicron di Karimun yang terdeteksi sebanyak 3 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun yang juga Juru Bicara Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Karimun, Rachmadi mengungkapkan, penambahan kasus baru itu diperoleh setelah pihaknya mengirim sampel pemeriksaan S Gene Target Failure (SGTF) dari kasus probable Omicron ke BTKLP Batam.
“Memang, hasilnya agak terlambat keluar disebabkan reagen khusus memeriksa sampel swab untuk deteksi varian Omicron sedang kosong. Yang jelas penambahan kasus Omicron bukan berasal dari tambahan 7 kasus baru yang terjadi per Senin 14 Februari 2022. Melainkan, dari jumlah kasus aktif sebelumnya yang sampel swab-nya yang dikirim ke BTKLP Batam,” kata Rachmadi kepada media online U&A.com, Selasa (15/2/2022).
Lebih lanjut Rachmadi menjelaskan, bila dilihat dari tracing yang telah dilakukan, temuan kasus-kasus Omicron ini ternyata sudah terjadi transmisi lokal. Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat apabila memiliki keluhan terutama batuk, agar tidak perlu malu memeriksakan diri.
Diperkirakan, kasus Covid-19 baru akan terus bertambah banyak setiap hari dan mencapai puncaknya pada akhir Februari 2022.
Rachmadi memprediksi jumlah kasus Covid-19 akan terus bertambah hingga mencapai puncaknya pada akhir Februari 2022. Menurutnya, puncak gelombang Omicron, yang diperkirakan terjadi di akhir Februari 2022, akan lebih besar dua sampai tiga kali daripada puncak gelombang varian Delta.
“Bulan ini peningkatan kasus positif Covid-19 terlihat meningkat. Lebih dari 20 kasus yang muncul. Penyebarannya 35 kasus aktif Covid-19 saat ini hanya tersebar di empat kecamatan. Yakni, Kecamatan Karimun, Meral, Tebing dan Kecamatan Meral Barat. Untuk hari ini (Senin) hanya ada tambahan kasus baru. Sedangkan, untuk yang sembuh tidak ada,” ujar Rachmadi.
Dilansir dari Kompas.com, Virus corona varian Omicron menjadi varian yang mendominasi dan membuat kasus Covid-19 melonjak dalam beberapa minggu terakhir. Namun bagi pasien Covid-19 yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19, gejala yang dirasakan tidak seberat bagi yang belum divaksin.
Hal itu juga karena Covid-19 varian Omicron diketahui sejauh ini menimbulkan gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Baca Juga: Swedia Menyatakan Era Pandemi Sudah Berakhir, Ini Alasannya
Express memberitakan dari aplikasi Zoe Covid Study, hanya setengah dari orang terinfeksi Covid-19 Omicron yang mengeluhkan gejala-gejala virus layaknya infeksi corona di awal-awal kemunculannya. Aplikasi Zoe Covid Study adalah aplikasi yang mengumpulkan informasi gejala dari pengguna yang dites positif Omicron.
Tanda klasik virus corona yakni batuk terus menerus dan demam masih ditemukan pada Omicron menurut aplikasi itu. Namun gejala hilangnya penciuman menurut aplikasi tersebut pada varian Omicron menjadi sesuatu yang tak lagi lazim.
Adapun gejala umum yang kini muncul pada Covid-19 Omicron adalah pilek, sakit tenggorokan, sakit kepala dan batuk. “Gejala seperti pilek, sakit tenggorokan dan bersin terus-menerus menjadi lebih umum, bersama dengan sakit kepala dan batuk, terutama pada orang yang telah divaksinasi,” kata salah satu pendiri aplikasi Zoe Profesor Tim Spector.
Ia mengatakan gejala Covid-19 Omicron menjadi lebih mirip pilek biasa utamanya pada mereka yang divaksinasi. Serta gejala sistemik umum seperti mual, nyeri otot, diare dan ruam kulit lebih sedikit.
Gejala Covid-19 Omicron yang sudah divaksin
Berikut ini gejala Omicron selengkapnya pada mereka yang telah divaksin:
Pilek
Sakit tenggorokan (tenggorokan gatal)
Bersin
Sakit kepala
Batuk
Mual
Nyeri otot
Diare
Ruam kulit
Dokter Afrika Selatan Angelique Coetzee sebelumnya menunjukkan gejala Covid-19 Omicron pada mereka yang telah divaksinasi. Menurutnya gejala Covid-19 Omicron berupa sakit kepala dan nyeri otot adalah gejala umum baik pada pasien yang divaksin ataupun tidak.
Meski pada orang yang divaksin masih bisa tertular namun menurutnya mereka lebih cepat pulih. “Orang yang divaksinasi (cenderung) pulih lebih cepat daripada orang yang tidak divaksinasi,” ujarnya. Ia menilai pasien yang tidak divaksin tampaknya mengalami keparahan myalgia (nyeri otot) dan sakit kepala yang parah dibanding pasien yang divaksin.
8 gejala Covid-19 Omicron bagi yang sudah divaksin
Sementara itu, jika mengutip Independent yang mengutip jurnal penyakit menular dan Epidemiologi, Eurosuveillance maka terdapat delapan gejala utama mereka yang divaksin kemudian terkena Omicron yakni:
Batuk
Pilek
Kelelahan
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Nyeri otot
Demam
Bersin.
Adapun dari studi tersebut ditemukan bahwa batuk, pilek dan kelelahan adalah gejala Covid-19 Omicron paling umum pada mereka yang divaksin. Sedangkan bersin dan demam adalah gejala Covid-19 Cmicron paling jarang terjadi.
Para ahli juga menyarankan ada dua gejala yang bisa menjadi tanda dengan kemungkinan besar Covid-19 Cmicron yakni kelelahan dan pusing atau pingsan. Lebih dari sekadar merasa lelah, kelelahan yang muncul adalahnyeri tubuh dengan menyebabkan otot yang sakit atau lemah, sakit kepala, dan bahkan penglihatan kabur dan kehilangan nafsu makan.
Mencegah Covid-19 Omicron
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan pemerintah terus mendorong pemberian suntik vaksin Covid-19 untuk masyarakat. Hingga 9 Februari 2022, Indonesia telah memiliki lebih dari 500 juta vaksin dan hingga 11 Februari 2022 pukul 12.00 WIB, total 187,9 juta (90,23%) jumlah masyarakat Indonesia telah divaksinasi dosis 1 dan 134,6 juta (64,64%) telah divaksinasi dosis 2.
Masyarakat diimbau untuk mengikuti program vaksinasi pemerintah karena vaksinasi telah terbukti secara ilmiah mampu mengurangi risiko terburuk akibat terinfeksi COVID-19. ”Data Kemenkes periode 21 Januari hingga 8 Februari 2022 menunjukkan dari 487 pasien COVID-19 yang meninggal, 66% di antaranya belum divaksinasi lengkap. Kami terus mendorong masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi yang telah disediakan secara gratis oleh pemerintah, termasuk vaksinasi booster, terutama bagi mereka yang lansia. Penelitian terbaru Kemenkes, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Indonesia menunjukkan mereka yang sudah mendapatkan vaksin Sinovac dua dosis, pemberian vaksin booster setengah dosis mampu meningkatkan antibodi yang sebanding dengan dosis penuh,” ujar Nadia.
Jarak waktu terbaik untuk mendapatkan booster Covid-19 adalah minimal 6 bulan setelah menerima vaksinasi kedua. Kemudian, apabila apabila seseorang mendapatkan booster di bulan ke 6-9, maka antibodi yang diproduksi bisa sampai 12,5 88,9 kali lipat, tergantung merek vaksin booster yang digunakan.
Meski begitu, vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk mampu mengurangi dampak terburuk Covid-19. Pemerintah selalu menghimbau, cara terbaik adalah melengkapi vaksinasi bersama protokol kesehatan yang disiplin seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Lewat semua cara pencegahan yang bisa dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat, diharapkan penularan Covid-19 yang didominasi Omicron bisa segera dilalui dan dikendalikan secepatnya.
Itulah perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia dan Kabupaten Karimun hingga 14 Februari 2022 beserta ciri-ciri dan gejala Covid-19 Omicron yang sudah pernah divaksin. Mari menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. (hj/kompas.com)