KARIMUN (U&A.com) – Pemerintah Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) menghadirkan penceramah Buya Dr Arrazy Hasyim, Lc, S.Fil.I, M.A.Hum dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Karimun ke 24 disejalankan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
“InsyaAllah Buya Arrazy Hasyim akan hadir bersama kita dan masyarakat Karimun untuk mengisi tausiah yang akan dilaksanakan di Putri Kemuning Coastal Area, Kamis 12 Oktober 2023 M / 26 Rabiul Awal 1445 H mulai pukul 19.30 Wib s/d selesai,” ujar Baginda Malin Siregar, Kabag Kesra Setda Kabupaten Karimun kepada redaksi U&A.com, Rabu (11/10/2023) malam.
Untuk itu, Baginda, mengajak dan menghimbau kepada umat muslim dan masyarakat Karimun, untuk datang dan menghadiri serta meramaikan acara Tabligh Akbar ini.
“InsyaAllah mari kita bersama-sama mengambil hikmah dan manfaat dari tausiah yang akan disampaikan oleh Buya Arrazy Hasyim. InsyaAllah bapak Bupati Karimun, Wakil Bupati Karimun, Sekda, Forkominda, serta Pimpinan dan Anggota DPRD Karimun akan hadir bersama kita bersama,” ujar Baginda.
Lalu siapakah sosok dari Buya Dr Arrazy Hasyim yang sempat menjadi pemberitaan setelah anaknya meninggal tertembak. ?
Dalam data yang dihimpun dikutip dari detikcom, Buya Arrazy lahir di Koto Tangah, Payakumbuh, Sumatra Barat pada 21 April 1986. Ia merupakan mubaligh dan pendiri sekaligus pengasuh Ribath Nouraniyah Hasyimiyah.
Arrazy tamat SD pada 1998, di Payakumbuh. Lalu ia melanjutkan ke MTsN dan lulus pada 2001. MAN 2/MAKN Payakumbuh sempat menjadi tempat Arrazy menimba ilmu. Namun pada 2002, ia pindah ke MAN 1 Model Bukittinggi dan tamat pada 2004.
Kemudian ia mengambil pendidikan ilmu hadis di pesantren mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Arrazy lulus pada 2008. Ia juga mengambil S1 Akidah dan Filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah. Arrazy lulus setahun kemudian.
Tak hanya itu, Arrazy juga menimba ilmu di pendidikan nonformal, yaitu di Dawrat al-Tathqif al-Shar’i li al-‘Ulum al-Islamiyah. Pendidikan nonformal itu digelar Internationalize Zentrum Fur Islamiche Wissenschaften di Bogor. Ia belajar dari 2006 sampai 2008.
Setahun berselang, Arrazy mengambil S-2 Pengkajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah dan lulus pada 2011. Seakan terus haus dengan ilmu, ia melanjutkan S-3 di jurusan dan universitas yang sama dan lulus pada 2017.
Arrazy menikah dengan Eli Ermawati MS pada 11 Juli 2010. Mereka dikaruniai tiga anak yaitu Hisyam Faqih Arrazy, Hushaim Shah Wali Arrazy dan Helena Nour Arrazy.
Sementara Ribath Nouraniyah merupakan lembaga kajian turats, ilmu akidah, tasawuf dan amaliah zikir di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Selain sebagai pengasuh Ribath Nouraniyah, ia juga menjadi Dosen Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta serta pengajar hadis dan akidah di Darus-Sunnah.
Di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia juga pernah menjadi dosen. Yakni pada periode 2012-2019.
Dalam kajiannya, Arrazy mempopulerkan konsep ‘nama ruh’. Ia mengatakan, setiap orang memiliki nama ruh pemberian Allah.
Menurut Arrazy, seseorang dapat mengetahui nama ruhnya jika terkoneksi dengan al-ghauts, wali Allah keturunan Nabi Muhammad. Ia mengaku pernah bertemu dengan al-ghauts. Ia juga menyebut orang-orang di Ribath Nouraniyah memiliki koneksi dengan al-ghauts.
Juga ada kajian lain yang menimbulkan polemik. Arrazy menafsirkan hadis tanda-tanda hari kiamat tentang jumlah perempuan yang lebih banyak dari laki-laki. Ia mengatakan seorang lelaki halal menikahi 50 perempuan. Namun Arrazy sudah menarik kembali pernyataan tersebut dan mengaku keliru memahami hadis.
Saat ini, Arrazy merupakan pengasuh Ribath Nouraniyah, lembaga kajian turats, ilmu akidah, tasawuf dan amaliah zikir yang berpusat di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Ia juga aktif sebagai Dosen Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta serta pengajar/pengampu kitab Aqidah Ahlus Sunnah di Pesantren Darussunnah.
Sebelumnya, ia pernah menjadi dosen ilmu Kalam dan Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-2019). Pada tahun 2016 dan 2017, ia mendapatkan kesempatan untuk mengisi aktivitas dakwah dan seminar keislaman di KBRI Paris, KJRI Marseille, dan komunitas Muslim lainnya di Prancis.
Sebelumnya diberitakan, putra kedua Buya Arrazy Hasyim meninggal. Balita 3 tahun itu tak sengaja tertembak senjata api di rumah mertuanya di Desa Palang, Kecamatan Palang, Tuban.
Kasat Reskrim Polres Tuban AKP M Gananta mengatakan, sebelum insiden itu terjadi, senjata api milik petugas yang disebut-sebut pengawal Buya Arrazy itu sudah terkunci maksimal.
“Senpi itu sudah di-lock maksimal, sudah safety. Tapi namanya anak kecil rasa ingin tahunya besar,” kata Gananta seperti dikutip detikJatim, Rabu (22/6/2022). (hj/detik.com)