KARIMUN (U&A.com) – Isu penculikan anak mulai merebak di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dalam sepekan terakhir. Isu tersebut menyebar melalui pesan singkat dan grup WhatsaApp.
Kapolres Karimun AKBP Ryky W. Muharam, S.H, S.I.K., menegaskan hingga saat ini tak ada laporan penculikan anak di Karimun Darussalam ‘Negeri Bumi Berazam’.
Menurutnya, yang ada saat ini adalah isu yang sengaja disebarkan untuk meresahkan warga. “Itu (penculikan anak) kabar hoaks dan tidak benar,” kata Ryky kepada U&A.com, Kamis (2/2/2023).
Ryky menjelaskan, beberapa hari terakhir warga di Karimun juga dihebohkan dengan pesan suara yang menyebar secara berantai di grup WhatsApp dan foto pelaku penculikan anak.
Menurutnya, hoaks penculikan anak yang kini menyebar luas di Karimun itu sudah pernah terjadi pada sekitar 2016 dan 2017. Kendati demikian, hasil penyelidikan yang dilakukan tim Reskrim Polres Karimun, kasus penculikan anak itu tidak pernah ada.
“Jadi, kabar yang beredar itu sudah pernah juga beredar di sebelumnya. Jadi, masyarakat tidak perlu resah karena faktanya memang tidak ada,” pungkas dia.
Ryky menghimbau kepada kepada masyarakat untuk tidak perlu takut atau resah yang berlebihan dan jangan mudah percaya sebelum mengetahui faktanya.
Namun jika benar-benar ada yang mengalami agar segera melaporkan kepada kepolisian terdekat atau menghubungi Bhabinkamtibmas diwilayahnya guna ditindak lanjuti sesegera mungkin.
Kapolres Karimun AKBP Ryky W. Muharam juga memberikan tips supaya terhindar dari kejahatan penculikan anak antara lain melakukan pengawasan terhadap anak di area publik, ajarkan anak agar tidak mudah terbujuk rayu, ajarkan anak menolak ajakan orang yang tidak dikenal dan lakukan kerjasama dengan pihak sekolah agar memperhatikan anak dijemput oleh orangtuanya atau keluarganya.
“Kita juga menghimbau ke pihak sekolah, kepada kepala sekolah dan guru agar memastikan anak dijemput oleh orang tuanya atau orang yang dikenali anak, Jika setelah waktu pulang sekolah dan anak belum ada yang menjemput agar pihak sekolah melarang anak untuk keluar pagar sekolah dan tetap harus diawasi,” ujar Ryky .
Ryky juga menyampaikan apabila ada informasi terkait adanya penculikan anak dan kekerasan terhadap anak agar terlebih dahulu di cek kebenarannya dan apabila mendapat informasi atau mengetahui kejadian penculikan dan kekerasan terhadap anak segera laporkan kepada kantor polisi terdekat atau menghubungi Bhabinkamtibmas.
Adanya isu penculikan anak di Kabupaten Karimun, meresahkan sebagian orangtua. Mereka yang khawatir bahkan mengubah kebiasaan sehari-hari.
Seperti halnya dirasakan Salpina Rasidin (41) warga Kecamatan Meral Karimun. Ia kini tak hanya mengantarkan buah hatinya, namun tetap berada di sekolah selama proses belajar mengajar berlangsung.
Padahal biasanya, Salpina pulang ke rumah setelah anaknya yang kini duduk di kelas 1 SD tiba dan memulai belajar di sekolah.
“Buat antisipasi, biasanya saya mengantarkan pas mau jam masuk, terus ditinggal nanti pas pulang dijemput lagi. Nah, sekarang ditungguin sampai selesai pulang,” kata dia kepada Haluan Kepri, Rabu (1/2/2023).
Maraknya kabar tentang penculikan anak itu, membuat Salpina rela mengorbankan pekerjaan rumahnya. Bahkan ia kini mengatur ulang jadwal pembuatan kerupuk rumahan yang dikelolanya
“Saya IRT, di rumah ada usaha UMKM pembuatan kerupuk, biasa saya buat pagi, tapi saya kerjakan setelah anak saya pulang sekolah,” cetus dia.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Verawati (35), warga Kecamatan Tebing. Tenaga harian lepas (THL) di salah satu organisasi perangkat daerah (OPD) ini terpaksa meminta izin kepada pimpinannya ketika jam istirahat sekolah dan setengah jam menjelang anaknya pulang sekolah.
“Saya minta izin saja, sama atasan saya, sudah berjalan tiga hari ini saya selalu minta izin untuk di jam itu, kadang kalau pas istirahat suami saya yang sengaja jaga dari luar pagar sekolah. Takut saja, namanya juga khawatir ya,” beber dia.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Sari (28) warga Kecamatan Karimun. Ia mengaku tetap waspada walaupun baginya isu penculikan anak hanya baru sebatas hoaks. “Percaya atau tidak, saya tetap memastikan anak saya tiba dan masuk dalam kelas . Itu wajib dilakukan dilakukan untuk memastikan keselamatan anak saya,” kata dia.
Dia juga rela menunggu seharian di halaman sekolah anaknya, asalkan sang anak aman dan terlihat langsung dalam pantauannya. “Saya hanya berharap. Mohon jangan sampai ada yang menjadi korban di Kabupaten Karimun ini,” tandas dia. (hj)